Senin, 05 Februari 2018

SAMPUNG DESA RITUAL 40 HARI




Laporan – Panut
Wartawan  MONOPOLI

PONOROGO - Desa Sampung kecamatan Sampung kabupaten Ponorogo terletak barat laut kota Ponorogo berbatassan wilayah kabupaten Magetan, berpendudk 5.932 jiwa. Berada di 43 Rt, 6 Kamituan kebanyakan pekerjaan warganya petani tadah hujan, penggali dan pengobong batu gamping, pedagang pasar tradisional, juga PNS. 

Desa Sampung dipagari gunung  Geter/Hargoseto, cerita babat desa Sampung sekelompok  pawongan pelarian dari Mataram, sebab beda pendapat/keyakinan demi meneruskan keturunan melalang buana mencari papan, lahan yang subur, rasa aman, rasa nyaman ora ono tukaran. Sampailah disuatu tempat yang dipandegani Eyang Kromoseco, Eyang Kromogati, Eyang Sumantri dan pengikutnya. Anak cucunya istirahat membuat gubuk dipondok ( sekarang ) tempat cikal bakal menyusun rencana pembabatan hutan yang akan dijadikan tempat pemukiman/kampung. Biarpun berpagar gunung disabda bisa menjadi kehidupan anak cucunya mencari nafkah menggali batu gamping dengan modal tekun, tetek, tangguh, sabar penuh kehati – hatian. 

Eyang bertiga laku topo broto ( semedi ) 40 hari, memulai babat hutan lagi menemukan grojogan air ( dukuh Grojogan ) sekarang. Bertapa lagi 40 hari terus babat lagi menemukan Watu Leter  kerajaan para jin yang baurekso hutan. Para kyai mengadakan musyawarah kulo nuwun isi perjanjian “ jangan merusak dan mengganggu anak buah jin” yang sekarang jadi lahan persawahan Balungan, sawah bulu – bulu sawah Gondang, sawah Talangsambi jadi dukuh Sampung Lor Dan Sampung Kidul, semedi lagi 40 hari para sesepuh meneruskan babat dukuh Medang Kulon/Masekan, Medang Etan/Ngijen. Dukuh Klampis, Njonjang, Njenggong Nggodek.

 Salah  satu pengikut eyang sakit terus ngosek jadi dukuh Masekan, bertapa lagi 40 hari menemukan gedang rojo temen setundun mateng ( Medang ) disabda bisa melahirkan pemimpin – pemimpin desa. Semedi lagi 40 hari ketemu pohon Flamboyan dukuh Ngunut Babadan Boworejo, semedi lagi 40 hari lamanya babat dukuh bogem kecapek an duduk legok - legok melihat pohon besar menjulang tinggi, pohon unut tempat semedi eyang Sumoro Bumi. Meditasi lagi 40 hari lamanya terlihat gerumbul malang sampai gunung Cilik, para sesepuh membuat pasanggrahan untuk bertapa telihat pohon Kepuh Jejer yang tinggi, disitu menemukan guo kuno, guo lowo sekarang, peninggalan prasejarah pitekantropus elektus/manusia purba. 

Eyang Tri Darmo Tunggal ( Ki Ageng Kromoseco, Kiageng Kromo Gati, Ki Ageng Sumantri ) dan para pendereknya sudah melaksanakan isi perjanjian dengan raja jin, maka pekerjaan babat sampun rampung ( Sampung ). Kembali menyanggrah di dukuh Cikalan. Cikal bakal desa Sampung, makamnya didekat puskesmas dan Mbeji. Mengingat babat desa Sampung yang penuh laku topo broto/meditsi dan semedi memohon do’a wisik sang pencipta alam demi keturunan dan anak cucu merasa aman, rasa nyaman, rasa berkeadilan, rasa kemanusiaan. Semoga desa Sampung menjadi desa maju sejahtera, guyup rukun, saling pengertian harapan Ki Demang Suyoso. 

Dana desa tahun 2016 dimanfaatkan membangun keinginan warganya talut boworejo, rabat jalan masuk, saluran irigasi, papingisasi jalan, pengaman jalan, rehab balai desa. Dilanjut tahun 2017  membangun talut pengaman jalan 6 titik, saluran irigasi 5 titik, rabat jalan masuk 7 titik. Semua atas usulan warga masyarakat saling komunikasi, koordinasi semua lembaga desa dengan pihak SARIGUNUNG, perusahaan daerah membagi sisa hasil usaha pada khas desa Sampung juga kepedulian pemerintah daerah memberi bantuan pada masyarakat lingkungan perusahaan,  kata Ki Demang Suyoso S.Sos yang pandai menerangkan dengan ihklas dan jujur. ( PAN )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar